Profil Desa
DESA TAWING
Wilayah Desa Tawing terletak pada wilayah dataran rendah Dengan koordinat antara 8ͦ 6’7”S dan 111ͦ 51’ 46” E , dengan luas 84.35 km2 atau 120.5 ha. Pusat pemerintahan Desa Tawing terletak di Dusun Temenggungan RT. 03 RW. 03 dengan menempati areal lahan seluas 1400 m2.
Jumlah penduduk Desa Tawing sebanyak 2619 jiwa yang tersebar di 3 Dusun, 6 RW dan 18 RT. Dari jumlah tersebut, terdiri dari laki-laki 1278 jiwa dan perempuan 1341 jiwa dengan tingkat pertumbuhan rata-rata selama 6 (enam) Tahun terakhir 0.001 %, dengan tingkat kepadatan sebesar 21,5 jiwa/km2.
Sejarah
Sejarah atau latar belakang suatu daerah merupakan pencerminan dari karakter dan perincian khas tertentu dari daerah itu sendiri. Setiap Desa atau daerah pasti memiliki sejarah. Sejarah Desa atau daerah sering kali tertuang dalam dongeng-dongeng yang diwariskan secara turun-tumurun dari mulut ke mulut sehingga sulit untuk dibuktikan secara fisik. Tidak jarang juga dongeng atau legenda tersebut dihubungkan dengan mitos tempat-tempat tertentu yang dianggap keramat. Dalam hal ini Desa Tawing juga memiliki hal tersebut yang merupakan identitas dari Desa ini.
- Mengenal Tumenggung Notodiwirya
Pada Tahun 1827, Belanda melakukan penyerangan terhadap Pangeran Diponegoro dengan menggunakan sistem benteng sehingga Pasukan Diponegoro terjepit. Pada Tahun 1829, Kyai Modjo ditangkap menyusul kemudian Pangeran Mangkubumi dan panglima utamanya Alibasah Sentot Prawirodirjo menyerah kepada Belanda. Akhirnya pada tanggal 28 Maret 1830, Jenderal De Kock berhasil menjepit pasukan Diponegoro di Magelang. Di sana, Pangeran Diponegoro menyatakan bersedia menyerahkan diri dengan syarat sisa anggota laskarnya dilepaskan. Maka, Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Manado, kemudian dipindahkan ke Makassar hingga wafatnya di Benteng Rotterdam tanggal 8 Januari 1855.
Dengan ditangkapnya Pangeran Diponegoro, pengikut-pengikut setianya banyak yang melarikan diri ke wilayah Jawa Timur. Dan beberapa pengikut yang berhasil meloloskan diri hingga mencapai daerah Tulungagung adalah Tumenggung Notodiwirya beserta pengikutnya di daerah Tawing, Tumenggung Bono beserta pengikutnya di daerah Bono Kecamatan Pakel dan Tumenggung Soerontani beserta pengikutnya di daerah Wajak Kecamatan Boyolangu.
Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, Tumenggung Notodiwirya dan Tumenggung Soerontani masih ada ikatan saudara tunggal guru (seperguruan), sehingga para orang-orang tua dahulu selalu berpesan kepada anak-anaknya untuk selalu menjaga silahturrahmi yang baik antar kedua Desa dan apabila ada acara gelaran tradisional tiban yaitu ritual untuk memohon hujan, maka kedua belah pihak dilarang untuk saling berhadapan sebagai lawan. Mengapa demikian? Karena apabila dilanggar maka kedua belah pihak akan mengalami sampyuh, segala ilmu kanuragan yang dimiliki akan luntur dan tidak bisa melindungi diri.
Tumenggung Notodiwirya mencapai daerah Tawing sekitar Tahun 1830-an dan memutuskan bersembunyi dari kejaran penjajah Belanda. Pada waktu itu kondisinya daerah Tawing masih berupa hutan belantara dan rawa-rawa. Beliau dan pengikutnya membuka hutan dan rawa-rawa untuk mendirikan permukiman.
Dalam perjalanannya beliau juga mendirikan pondok pesantren di daerah Tawing. Pondok pesantren tersebut saat ini hanya tinggal cerita. Namun sebuah fakta pendukung muncul pada Tahun 2001, pernah datang seorang santri dari salah satu pondok pesantren di Kabupaten Magelang Jawa Tengah yang berkunjung di tempat yang diduga tempat pondok pesantren tersebut berdiri. Sang santri pada waktu itu menemui saudara Gunawan salah satu warga Desa Tawing untuk minta ditunjukkan letak pondok pesantren tersebut. Ia ingin membuktikan cerita gurunya bahwa leluhur gurunya pada waktu perang Diponegoro ada yang melarikan diri bersembunyi dari kejaran penjajah Belanda dan mendirikan pondok pesantren di Desa Tawing. Dan tempat yang diduga letak berdirinya pondok pesantren saat ini dikenal masyarakat Desa dengan nama daerah Pondok.
Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan Tumenggung Notodiwirya wafat. Namun di salah salah dusun di Desa Tawing ada petilasan punden pesarean Tumenggung Notodiwirya yang diyakini masyarakat Desa bahwa di tempat itulah beliau dimakamkan. Pesarean tersebut berada di tengah- tengah pemukiman warga menempati area tanah Desa seluas 60 M2. Jarak pesarean tersebut dari tempat yang diduga tempat pondok pesantren berjarak lebih kurang 600 meter. Dusun tempat pesarean Tumenggung Notodiwiryo saat dikenal masyarakat Desa dengan nama Dusun Temenggungan.
Pesarean Tumenggung Notodiwirya tidak ada juru kunci penjaganya. Namun pesarean tersebut sering didatangi warga Desa utamanya yang mempunyai hajatan untuk ritual selamatan. Juga tidak sedikit warga luar daerah yang datang secara khusus di pesarean tersebut untuk ritual nyadran dengan tujuan tertentu.
- Cerita Asal Usul Nama Tawing
Wilayah Desa
0
Dusun
0
Rukun warga
0
Rukun tetangga
Wilayah Dusun
- Dusun Pampang
- Dusun Temenggungan
- Dusun Karang
Batas Wilayah
- Utara: Desa Gondosuli
- Timur: Desa Bono Kec. Boyolangu
- Selatan: Desa Kendal, Desa Gesikan
- Barat: Desa Dukuh, Desa Kendal
Visi & Misi
Terciptanya tata kelola Pemerintahan Desa yang lebih baik guna mewujudkan masyarakat Desa Tawing yang Religius, Sehat, Aman, dan Tentram serta Mandiri.
- Pembangunan moral spiritual masyarakat melalui Bidang Agama dan Budaya.
- Menciptakan rasa Aman, Tentram dalam suasana kehidupan desa yang demokratis
- Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good goverment), sehingga tercipta layanan publik yang optimal.
- Mengembangkan semangat kewirausahaan yang berbasis pada potensi ekonomi asli desa
- Melaksanakan pembangunan infrastruktur dasar.
- Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
- Mengembangkan ekonomi masyarakat kurang mampu.
- Menumbuhkan jiwa sosial yang tinggi.
- Mengembangkan partisipasi masyarakat dan kemitraan dalam pelaksanaan pembangunan desa
- Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dalam pembangunan desa yang berkelanjutan.
- Optimalisasi produksi pertanian guna peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Perangkat Desa
Aparat desa Tulungagung periode 2019-2020

Nanang Setiawan, SE
Kepala Desa

Suryadi
Kasi Kesejahteraan dan Pelayanan

Santoso, SP
Kaur Perencanaan

Heriyanto
Kaur Keuangan

Supatmi
Kasi Pemerintahan

Nur Yasin
Kasun Karang